Salah satu hal
yang sering dibicarakan dalam aspek kognitif bahasa adalah pemerolehan bahasa.
Pada umumnya orang menganggap bahwa subjek dalam kajian pemerolehan bahasa
selalu anak-anak. Angggapan ini tidak sepenuhnya benar, karena selain anak-anak
orang dewasa pun dapat menjadi subjek pemerolehan bahasa. Yang membedakan keduanya
adalah waktu pemerolehan sehingga terciptalah perbedaan istilah pemerolehan dan
pembelajaran.
Istilah
pemerolehan dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama, yaitu satu proses
perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak lahir. Istilah
pembelajaran dipakai dalam proses belajar bahasa, umumnya bahasa yang dipakai
yang dipelajari secara formal di sekolah atau bahasa asing, yang dialami oleh
seorang anak atau orang dewasa setelah ia menguasai bahasa pertama. Bagi
sebagian besar anak di Indonesia, bahasa Indonesia bukanlah bahasa pertama,
mereka telah menguasai bahasa pertama mereka, yaitu bahasa daerah.
Faktor-faktor
yang berperan besar dalam pemelajaran bahasa adalah faktor psikologis dan
sosial. Faktor psikologis yang dimaksud adalah proses intelektual yang
melibatkan pemahaman struktur gramatikal dan aturan-aturannya, ingatan atau
memori yang sangat penting dalam pemelajaran, serta keterampilan motorik yang
meliputi penggunaan alat-alat ucap untuk memproduksi bunyi-bunyi dalam bahasa asing.
Faktor sosial dalam pembelajaran bahasa mempertimbangkan situasi, termasuk
interaksi, khususnya situasi alamiah dan situasi di dalam kelas.
Untuk memahami
struktur dan aturan-aturan di dalam bahasa asing, ada dua cara yang dapat
dipergunakan. Yang pertama adalah meminta seorang menerangkannya; yang kedua
adalah menemukannya dengan cara sendiri. Cara yang pertama disebut eksplikasi (explication), sedangkan cara yang kedua
disebut induksi (induction).
Eksplikasi
adalah penjelasan aturan dan struktur bahasa asing dalam bahasa kita sendiri.
Proses ini jarang sekali dipakai ketika seorang anak belajar bahasa pertama.
Bayangkan jika seorang guru mengajarkan pemakaian kata lari pada siswa kelas I
yang berusia tujuh tahun dengan memberi penjelasan berikut.
“Nah, Nak, pergunakanlah ber- pada kata lari.
Jangan pakai me-, ya. Itu ada di dalam bahasa Indonesia. Boleh juga kamu
memakai me- dan –kan. Tapi, arti berlari dan melarikan berbeda!”
Tentulah si anak
yang tingkat kecerdasannya normal, akan merasa bingung dengan yang dikatakan
gurunya.
Induksi adalah
cara mempelajari struktur dan aturan bahasa asing dengan mengulang-ulang kata,
frasa, atau kalimat dalam situasi yang relevan sehingga diperoleh pemahaman
yang tepat. Seorang anak lebih mudah belajar bahasa asing dalam situasi yang
sangat alami misalnya dalam situasi bermain. Bagi anak-anak beradaptasi dengan
lingkungan baru akan lebih mudah jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Dari berbagai
hipotesis yang berkembang dapat dilihat bahwa keberhasilan pembelajaran bahasa
kedua dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: (1) faktor motivasi, (2)
usia, (3) penyajian formal, (4) bahasa pertama, serta (5) lingkungan. Faktor motivasi terdapat asumsi bahwa
jika kita mau belajar
suatu bahasa
kedua, maka yang diperlukan adalah adanya dorongan, keinginan, atau tujuan yang
hendak dicapai. Faktor usia terdapat
anggapan bahwa dalam mempelajari bahasa kedua, anak-anak lebih baik dan
berhasil dari pada orang dewasa (jika dimulai dari sama-sama nol). Faktor penyajian formal seperti dalam pembahasan sebelumnya, bahwa dalam tipe pembelajaran bahasa terdapat dua jenis,
yaitu secara naturalistik dan formal di dalam kelas. Bahasa kedua bisa diorientasikan
ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing. Faktorbahasa pertama (bahasa ibu, bahasa daerah, atau bahasa yang
sebelumnya diperoleh) mempunyai pengaruh terhadap proses penguasaan bahasa
kedua pembelajar. Akibatnya, sering terjadi interferensi, alih kode, atau
campur kode. Faktorlingkungan sangat
penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran bahasa kedua. Dalam faktor
ini dibagi menjadi dua wilayah, yaitu pengaruh lingkungan formal di sekolah dan
lingkungan informal atau alamiah. Lingkungan formal bahasa bukan terbatas pada
kelas, karena yang penting dalam pembelajaran bahasa tersebut dilakukan secara
sadar dan mengetahui kaidah-kaidah bahasa kedua yang dipelajarinya, baik dari
guru saat di dalam kelas, dari buku-buku, maupun orang lain di luar kelas.
0 komentar:
Posting Komentar