Rabu, 19 Oktober 2016

Kata Abstrak dan Kata Konkret


Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, sedangkan kata konkret adalah kata yang mempunyai referen obyek yang dapat diamati (Sabarti Akhadiah, 1992: 86). 

Kata abstrak tidak berwujud dan tidak berbentuk, sedangkan kata konkret mempunyai wujud dan bentuk yang dapat diserap pancaindera. Jika yang ingin disampaikannadalah fakta, maka yang digunakan tentu lebih banyak kata-kata konkret. Tetapi, jika yang akan disampaikan adalah klasifikasi, maka yang banyak digunakan adalah kata-kata abstrak.
Selanjutnya...

Makna Kata dan Makna Istilah



Pembedaan makna kata dan istilah berdasarkan ketepatan makna kata itu dalam penggunaannya secara umum dan secara khusus. Dalam pembelajaran kebahasaan di sekolah dasar makna ini disebut juga dengan kata populer dan kata kajian.


Pertalian Makna

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, sering kali kita temui adanya hubungan makna atau relasi semantik antara sebuah kata atau

satuan lainnya dengan satuan bahasa yang lain. Bentuk relasi makna tersebut dapat berwujud sebagai berikut.


Sinonimi

Sinonim adalah relasi makna antarkata (frasa atau kalimat) yang maknanya sama atau mirip. Di dalam suatu bahasa sangat jarang ditemukan dua kata yang bersinonim secara mutlak. Perbedaan maknanya dapat dilihat dengan memperhatikan:

Makna dasar dengan tambahan; misalnya kata menoleh makna dasarnya

‘melihat’,

Nilai rasanya; misalnya sinonim mati – meninggal – wafat – tewas – mangkat

–gugur dalam kalimat.

Kelaziman pemakaiannya.

Distribusi (posisi yang mungkin diduduki oleh unsur bahasa), contoh:

Sinonim telah dengan sudah.


Antonimi

Antonim atau oposisi adalah relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikan maknanya. Istilah antonimi digunakan untuk oposisi makna dalam pasangan leksikal bertaraf seperti antonimi antara kata panas dan kata dingin. Antonimi ini disebut bertaraf karena antara panas dan dingin masih ada kata-kata lain seperti hangat dan sejuk.Oposisi makna pasangan leksikal tidak bertaraf yang maknanya bertentangan disebut oposisi komplementer, seperti jantan dengan betina.


Homonimi

Himonimi adalah relasi makna antarkata yang ditulis atau dilafalkan sama tetapi maknanya berbeda . Kata-kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda disebut homograf, sedangkan yang dilafalkan sama tetapi makna

berbeda disebut homofon. Contoh homograf adalah kata tahu yang berarti ‘makanan’yang berhomograf dengan kata tahu yang berarti ‘paham’.


Polisemi

Istilah polisemi memiliki arti banyak-makna. Polisemi berkaitan dengan kata atau frasa yang memiliki beberapa makna yang berhubungan. Hubungan antarmakna ini disebut polisemi. Di dalam penyusunan kamus, seperti yang disebut di atas, kata-kata yang berhomonimi muncul sebagai lema (entri yang terpisah), sedangkan kata yang berpolisemi muncul sebagai satu lema namun dengan beberapa penjelasan.


Perubahan Makna

Perubahan makna kata terjadi karena adanya perkembangan dalam ilmu dan teknologi, perkembangan sosial dan budaya, adanya perbedaan bidang pemakaian, adanya asosiasi makna, pertukaran tanggapan indera, adanya penyingkatan, akibat terjadinya proses gramatikal, serta pengembangan istilah.

Jenis perubahan makna tersebut antara lain sebagai berikut:

Meluas(Generalisasi). Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain. Sebagai contoh kata saudara pada mulanya hanya bermakna ’seperut’ atau ’sekandung’, kemudian maknanya berkembang menjadi ‘siapa saja yang sepertalian’.

Menyempit (Spesialisasi)Perubahan makna menyimpit adalah gejala pada sebuah kata yang mulanya mempunyai cakupan makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanyapada sebuah makna saja. Misalnya kata sarjana yang mulanya berarti ’orang yang pandai’ atau ’cendekiawan’, kemudian hanya berarti orang yang lulus perguruam tinggi.

(c) Peninggian (Ameliorasi)

Peninggian atau ameliorasi yaitu kecenderungan untuk menghaluskan atau meninggikan makna kata agar lebih halus atau lebih tinggi maknanya dari kata yang digantikannya. Ameliorasi merupakan kebalikan dari peyorasi, apabila dalam peyorasi makna kata yang tadinya halus atau tinggi bisa berubah menjadikasar atau tinggi.

Penurunan (Peyorasi). Penurunan atau peyorasi berasal dari bahasa Latin pejor, yang berarti jelek, buruk. Jadi, penurunan makna atau peyorasi adalah perubahan makna kata lebih rendah/kasar daripada makna semula. Penurunan ini biasanya dilakukan orang dalam situasi tidak ramah, untuk menunjukkan kejengkelan, atau melebih-lebihkan. Misalnya, ungkapan masuk kotak dipakai untuk mengganti kata kalah.


Pertukaran (Sinestesia)

Sinestesia adalah perubahan makna yang terjadi akibat pertukaran tanggapan dua indera yang berbeda. Contoh: Suara Bu Guru dalam menjelaskan pembiakan hewan terang sekali. (pendengar-penglihat)

Persamaan (Asosiasi)

Persamaan adalah makna kata yang timbul karena persamaan sifat antara makna lama dengan makna baru. Makna baru yang timbul

merupakan makna kiasan. Contoh :

Kursi – tempat duduk (makna lama) --- jabatan/ kedudukan (makna

baru)

Benalu --- tanaman sejenis parasit (makna lama) ---- pengganggu (makna baru)


Persamaan makna dapat dihubungkan dengan unsur-unsur berikut.

Waktu atau peristiwa. Contoh: Penghargaan untuk guru berprestasi akan diserahkan pada Hari Pendidikan Nasional

Tempat atau lokasi. Contoh: Tim sepak bola Indonesia berlaga di senayan. (gedung olahraga)

Warna.  Contoh:Warna  merah  pada  lampu  lintas  mengasosisikan

‘berhenti’.

Tanda atau lambang tertentu. Contoh: Gambar sendok dan garpu

berasosiasi dengan rumah makan. 4. Pilihan Kata

Ketepatan dan Kesesuaian Pilihan Kata

Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa dan pembaca atau pendengar. Pilihan kata pada dasarnya berkaitan dengan dua persoalan pokok, yaitu pertama ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan, dan kedua, kesesuaian atau kecocokan dalam menggunakan kata tersebut.


Ketepatan pilihan kata merupakan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan oleh penulis atau pembicara. Kesesuaian pilihan kata merupakan kesesuaian menyangkut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan situasi dan keadaan pembaca atau pendengar. Pilihan kata antara lain berhubungan dengan penggolongan kosakata bahasa Indonesia, yaitu kata umum dan kata khusus, kata abstrak dan kata konkret, kata populer dan kata kajian, kata baku dan nonbaku, dan kata asli dan serapan.

Selanjutnya...

Makna Denotatif dan Konotatif



Pembedaan makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidaknya ‘nilai rasa’ pada sebuah kata. Setiap kata, terutama yang disebut kata penuh mempunyai makna denotatif, tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna konotatif. Selanjutnya dijelaskan bahwa sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai ’nilai rasa’, baik positif maupun negatif.


Makna denotatif menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Oleh karena itulah, makna denotatif sering juga disebut dengan makna sebenarnya.

Misalnya:uang muka, persekot, panjar sama artinya dengan ‘uang tanda jadi’.

Makna konotatif merupakan makna yang ditimbulkan oleh pendengar/pembaca dalam merespon suatu stimulus.Dalam responsi-responsi itu terkandung nilai-nilai emosional dan evaluatif. Akibatnya, muncullah nilai rasa terhadap penggunaan/pemakaian kata-kata itu. Makna konotatif dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

Konotasi positif, yaitu konotasi yang mengandung nilai rasa tinggi, baik, halus, sopan, menyenangkan, sakral, dan sebagagainya; dan

Konotasi negatif, yaitu konotasi yang mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, porno, berbahaya, dan sebagainya.


Kata yang bermakna konotatif dan denotatif dapat dilihat pada tabel berikut.

Kata
Makna Denotatif
Makna Konotatif




Kalimat
Makna
Kalimat
Makna





Boneka
Adik suka boneka.
tiruan untuk
Negara kecil itu
negara


permainan
menjadi boneka
yang



negara besar.
dijadikan




alat





Cermin
Cermin di kamar
kaca untuk
Perilaku wanita
teladan

Ani pecah.
melihat
itu cermin



bayangan
wanita



benda
terpelajar.






Akar
Akarnya mulai
bagian dari
Akar
asal usul

tumbuh.
tumbuhan
permasalahan




peristiwa itu




sudah




ditemukan.






Selanjutnya...

Penggunaan Tanda Baca


Tanda Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.

Tanda Koma (,)

Tanda koma dipakai :

Di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Untuk memisahkan kalimat setara seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.
Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, dan sehubungan dengan itu.
Untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh,dan kasihan,atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas.

Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.

Untuk memisahkan petikan langsung jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.

Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga

Di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen.

Untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)

Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian.


3) Tanda Titik Koma (;)

 ⤀Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            ̀ ЀĀ          Ȁ ⸀Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ       Pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.

 ⤀Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            ̀ ЀĀ          Ȁ ⸀Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ       Digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata.
Memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.

Tanda Titik Dua (:)

Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.

Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Tanda Hubung (-)

  Menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.

  Menyambung awalan atau akhiran bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.

  Digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.

  Digunakan menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam

kata yang dieja satu-satu.

Boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (2) penghilangan bagian frasa atau kelompok

kata.

  Dipakai untuk merangkai: (1) se- dengan kata; (2) ke- dengan angka;

angka dengan -an, (4) kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf capital; (5) kata ganti yang berbentuk imbuhan, (6) gabungan kata yang merupakan kesatuan; dan (7) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Tanda Pisah (─)

Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau
(b) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

(c)Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.


            Tanda Tanya (?)

           Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

          Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yangdisangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

         Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.

         Tanda Elipsis (...)

   Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

   Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
            Tanda Petik (" ")

          Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,naskah, atau bahan tertulis lain.

          Judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

          Mengapit istilah ilmiah atau kata yang mempunyai arti khusus.

          Pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris
          Pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas).

            Tanda Petik Tunggal (' ')

              Mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.

              Mengapit makna kata atau ungkapan.

 Mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)

              Tanda Kurung (( ))

          Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

          Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

          Mengapit huruf/ kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

          Mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.

              Tanda Kurung Siku ([ ])

          Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat/bagian kalimat yang ditulis orang lain.

          Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

              Tanda Garis Miring (/)

          Dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan waktu.

          Dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

              Tanda Penyingkat atau Apostrof (')

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.


Pelafalan

Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi-bunyi bahasanya. Pelafalan Bahasa Indonesia, Pelafalan kata atau singkatan dalam bahasa Indonesia sesuai dengan pengucapan dan pendengaran orang Indonesia. Pelafalan Singkatan Asing sesuai dengan pengucapan bahasa asing bersangkutan.
Selanjutnya...

Singkatan dan Akronim

Singkatan. adalah bentuk yang dipendekkan, yang terdiri satu huruf atau lebih. Akronim. adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

Angka dan Bilangan. Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. 5) Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
  Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Selanjutnya...

Penyukuan dan Pemenggalan Kata



Penyukuan. Istilah penyukuan merujuk pada istilah penyukukataan. Penyukukataan berhubungan dengan pengucapan, sedangkan pemenggalan lebih berhubungan dengan penulisan. Penyukukataan adalah proses pemenggalan kata atas bagian-bagian yang berupa suku kata, contoh penyukukataan kata caplokakan menghasilkan deretan suku kata ca-plok.


Pemenggalan Kata. Pemenggalan diperlukan terutama apabila kita harus memisahkan sebuah kata dalam tulisan, terutama jika terjadi pergantian baris. Apabila kita ingin memenggal sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda atau garis hubung (-) di antara suku-suku kata itu dengan tidak didahului atau diikuti oleh spasi.


Kata Depan di, ke, dan dari. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.

Partikel

Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahului.

Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

 ⸀Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ЀĀ          Ȁ ⸀Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ            Ā ᜀ       Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah.

Selanjutnya...

Pemakaian Huruf

Huruf Abjad

Dalam bahasa Indonesia huruf abjad yang digunakan berjumlah 26 huruf,

Huruf Vokal

Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor: tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu .

Huruf Konsonan

Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan cara, setelah arus ujar keluar dari glotis, lalu mendapat hambatan pada pada alat-alat ucap tertentu di dalam rongga mulut atau rongga hidung .

Diftong
Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya. Dalam sistem tulisan diftong biasa dilambangkan dengan dua huruf vokal. Kedua huruf vokal itu tidak bisa dipisahkan. Bunyi [aw] pada kata harimau adalah diftong

Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia, ada bunyi konsonan yang masih digambarkan atau ditulis dengan dua huruf konsonan. Gabungan dua huruf konsonan itu, misalnya kh, ng, ny, dan sy.

  Huruf Kapital

Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama: kata pada awal kalimat; petikan langsung; kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama; nama gelar kehormatan, yang diikuti nama orang; nama jabatan yang diikuti nama orang, atau pengganti nama orang tertentu; nama jabatan atau nama instansi; nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama; unsur unsur nama orang; nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa; nama jenis atau satuan ukuran; nama tahun, bulan, hari,dan hari raya; unsur peristiwa sejarah; unsur nama geografi; tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi/nama resmi negara; huruf pertama bentuk ulang sempurna nama lembaga resmi, badan, dokumen resmi, dan judul karangan; huruf pertama semua kata di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas; huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan; huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan; dan huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.

huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awaltidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geograftidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.

g. Huruf Miring

(1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan; (2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan/mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; (3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia; dan (4) Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.

h. Huruf Tebal

(1)Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftartabel, daftar lambang, daftar pustaka,indeks, dan lampiran; (2) Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau

mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.

2)  Penulisan Kata

(1)Kata Dasar, Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. (2)Kata Turunan: Imbuhan ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. (3) Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia; (4) Bentuk Ulang. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya; (5) Gabungan Kata.
Selanjutnya...